Breaking News
Loading...
Sabtu, 03 April 2010

Dibilang masalah klasik ya msalah klasik, tapi penulis sendiri berkutak terus dengan masalah ini. Sampai-sampai telinga ini rasanya ingin dicopot karena banyak yang menanyakan hal ini terus. Pertanyaannya simpel "kapan punya pacar" masalah yang membuat penulis sendiri bigung menjawab.

Memang pertanyaan tersebut terkadang buat emosi, tpi penulis sadari bahwa teman-teman disekitar penulis peduli dengan kesendirian "tidak punya pasangan" yang penulis hadapi. Sebenarnya penulis sudah mencoba untuk mencari akan tetapi penullis sadari kembali, sebelum mendapatkan pendamping harus lah terutama mengerti dan paham akan pribadi sendiri. Selama ini penulis "memang" belum mengerti dengan keadaan sendiri, karena terlalu sibuk dengan pencarian jati diri seolah melupakan betapa pentingnya seorang pasangan dimana pasangan tersebut menjadi tempat berbagi.

Yang dimaksud dengan kesibukan pencarian jati diri disini oleh penulis adalah kesibukan dalam berorganisasi. Karena dalam berorganisasi penulis merasakan bahwa organisasi layaknya seorang pacar, dimana organisasi menjadi tempat sharing, konflik, seperti dirasakan oleh 2 insan yang dimabuk kepayang oleh perasaan cinta. Nah!, di organisasi penulis menemukan sesuatu yang beda dari sekedar mempunyai pacar "manusia"karena penulis merasakan sesuatu lebih di organisasi.  Penulis pernah mencoba benar-benar bejuang "menurut penulis" untuk mendapatkan seseorang wanita yang dianggap penulis bahwa dia merupakan wanita yang indah diciptakan oleh Tuhan. Penulis sampai-sampai terobsesi atau dengan kata lain "ngebet" kepada wanita tersebut. Akan tetapi ada cerita lain dibalik itu semua, dan sampai sekarang penulis mengangap bahwa wanita tersebut merupaka suatu ciptaan Tuhan yang indah dipertemukan kepada penulis. Mungkin pembaca akan menilai bahwa ini merepukan alasan seorang organisiator yang tidak laku-laku atau alasan yang tidak masuk akal untuk seorang yang "sukses" karier dalam organisasinya.

Penulis menyadari dari semua itu, sebelum nya penulis belum mampu mengenal dirinya sendiri karena penulis sendiri terlalu mencari pasangan yang sesuai harapannya "memilih" karena memiliki standar yang tinggi. Penulis menyadari sampai saat ini jiwanya merasa kesepian dan hampa, dan penulis menyadari bahwa sesuatu saat nanti bahwa ruas jari-jari tangan yang dimiliki penulis akan diisi oleh ruas jari-jari tangan pasangannya yang akan menemani penulis sampai penulis lanjut usia. Penulis percaya bahwa moment tersebut akan hadir karena seperti lagu Peterpan "tak ada yang abadi" bahwa penulis tidak akan sendiri, karena manusia diciptakan berpasang-pasangan dan Tuhan tidak pernah tertidur, dan Tuhan mengetahui apa yang diinginkan oleh hambanya.

0 komentar: