Breaking News
Loading...
Senin, 15 Maret 2010

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
“Sesungguhnya binatang (mahluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak (tuli) dan bisu yang tidak mengerti apa-apapun”(Q.S. Al-Anfaal: 22).
Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya.

Berdasarkan dari ayat tersebut ditegaskan bahwa sebagai manusia khususnya kita sebagai mahasiswa yang katanya “kaum intelektual” mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan “masyarakat, dsb”, dan mampu bersuara pada saat ketidakadilan mulai diabaikan begitu saja kalu tidak mau dikatakan mahluk ciptaan Allah SWT yang seburuk-buruknya pada sisi Allah. Kebanyakan dari mahasiswa hanya peduli terhadap individunya, kelompoknya, dan sebaginya yang membuat mereka merasa nyaman dan tidak mampu merasakan kesusahan apa yang orang lain rasakan.
Mahasiswa dewasa ini bagai katak dalam tempurung, hanya mampu berbicara pada kelompoknya, dan anehnya kelompok tersebut menerima wacana atau pemikiran tersebut, hal tersebut terjadi karena anggota kelompok tersebut tidak mampu mendapatkan informasi secara benar. Pandangan mahasiswa saat ini berlandaskan pada subjektivitasnya saja tanpa memandang/menilai objektivitas  dari suatu masalah. Mereka hanya mendapatkan informasi hanya dari salah satu sumber saja tanpa mengkonfirmasi dulu masalah yang terjadi sebenarnya. Dari informasi yang belum tentu benar menjadi fitnah yang merugikan pihak-pihak yang terkait atau orang lain, “…dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan….(Q.S. Al-Baqarah: 191)”.
Apakah bisa dibenarkan sikap atau pemikiran dari oknum-oknum mahasiswa tersebut yang mengaku “kaum intelektual” tersebut. Kalau begitu “maaf” tidak adanya pembedaan antara mahasiswa dan preman. Hal tersebut menjadi contoh karena sama-sama melakukan kejahatan tapi bedanya kalau mahasiswa melakukan kejahatan melalui pemikiran, dan preman lebih kepada fisik. Mahasiswa melakukan kejahatan tersebut karena tuli dan bisu terhadap permasalahan-permasalahan yang ada, kalau preman melakukannya hanya untuk diakui identitasnya dan untuk urusan perut. Sungguh ironis sekali apabila itu yang terjadi saat ini mahasiswa terpecah oleh yang berita belum tentu benar adanya karena kepekaan dan kebisuan mahasiswa.
Mahasiswa saat ini telah mengalami kehilangan identitas karena tidak mampu berjuang dengan intelektualitasnya lagi dan hanya mengukur keintelektualannya hanya dengan cara-cara yang tidak layak. Dan dalam pencarian identitas tersebut banyak melakukan hal-hal yang tidak layak untuk disebut sebagai mahasiswa, contohnya seperti untuk menjadi sesuatu yang statusnya akan diakui keberadaannya, mereka akan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak benar untuk mencapai kesuksesan tersebut. Apabila terjadi kesalahan dalam pencariaan identitas maka akan menyalahkan orang lain dengan berbagai cara untuk membuat orang lain tersebut menjadi bersalah dan orang lain tersebut atau kelompok lain tersebut haruslah bertanggung jawab dalam kegagalan pencarian identitas yang dilakukan mereka dan akhirnya menimbulkan fitnah karena tidak dapat membedakan mana yang untuk privasi “dendam” dan/atau untuk publik “menjatuhkan”. Sebaiknya kita selaku insan akademis haruslah mengintropeksi diri kita masing-masing apakah ikhtiar kita sudah benar dan apakah dengan ikhitar kita layak disebut sebagai mahasiswa dengan melakukan hal-hal tersebut.
Bila kita mahasiswa sudah saatnya kita berubah dan bergerak atau memetaforsakan diri kita untuk mampu mendengar, bersuara, dan memilki identintas sebagi mahasiswa, kita haruslah mampu berjuang sebagai mahasiswa dengan keintelektualitasnya bukan premanisme yang di agung-agunkan. Tidak ada kata terlambat untuk kembali dan berubah kawan, karena penundaan adalah penganggu dari kemajuan yang diperoleh. Janganlah kita sebagai kaum intelektual menilai sesuatu masalah dari subjektivitasnya melainkan harus menilai dari objektivitas, jangan melihat menggunakan kacamata kuda untuk membantu kita melihat suatu masalah tapi kita harus membuka mata kita lebar-lebar. Karena orang-orang yang tuli, bisu dan hilang identitas adalah orang-orang yang terbelunggu oleh kebodohannya.
SAATNYA BERGERAK…
LAWAN PENINDASAAN…
HADIRKAN PERDAMAIAN…
PERANGI TIRANI…
REVOLUSI BELUM BERAKHIR…

0 komentar: