Breaking News
Loading...
Senin, 17 Agustus 2009

Mahasiswa aktivis mempunyai peluang lebih besar di dunia kerja daripada mahasiswa yang lulus dengan nilai tinggi. Mereka umumnya memiliki kemampuan berorganisasi dan ketahanan mental lebih baik.

Ketua Engineer Career Center (ECC) Universitas Gadjah Mada Nurhadi menuturkan, saat ini banyak perusahaan lebih mengutamakan lulusan yang dulunya aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan.

”Dari pengalaman kami, sekitar 70 persen lowongan pekerjaan di perusahaan teknik dan perbankan saat ini diisi mahasiswa yang punya pengalaman banyak di organisasi kemahasiswaan,” katanya, Kamis (6/8) di Yogyakarta.

Berdasarkan pengalaman ECC UGM, sejumlah perusahaan lebih memilih lulusan perguruan tinggi dengan indeks prestasi pas-pasan tapi banyak pengalaman berorganisasi daripada sarjana dengan indeks prestasi tinggi namun minim pengalaman berorganisasi.

Menurut Nurhadi, hal ini karena sarjana dengan banyak pengalaman berorganisasi memiliki berbagai kelebihan yang dibutuhkan perusahaan. Kelebihan itu antara lain mudah beradaptasi, bisa bekerja dalam kelompok, dan terbiasa menghadapi masalah.

”Kalau mereka aktif di olahraga atau organisasi pencinta alam, itu membuktikan daya tahan fisik mereka kuat. Kemampuan ini dibutuhkan karena saat ini karyawan juga harus banyak berpindah dan melakukan perjalanan,” tutur staf hubungan masyarakat ECC UGM, Deka Isnandi.

Deka menyatakan, banyak mahasiswa tidak mengetahui hal itu. Akibatnya, sebagian mahasiswa saat ini hanya mengejar nilai yang baik dan waktu lulus cepat.

Untuk menghubungkan mahasiswa dan lulusan ke dunia kerja, ECC UGM menyelenggarakan Career Day secara rutin pada Februari dan Agustus. Career Day yang rata-rata diikuti 6.000 pencari kerja ini selanjutnya diselenggarakan 14-16 Agustus.

Bukan penghalang

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Pidi Winata mengakui, mahasiswa yang aktif dalam organisasi identik dengan nilai yang pas-pasan dan masa kuliah yang relatif panjang. ”Tapi, bagi saya, itu tidak jadi penghalang karena apa yang kami peroleh dalam organisasi ini bisa menjadi bekal seumur hidup,” tuturnya.

Pidi mengungkapkan, di organisasi mahasiswa belajar berbagai soft skill atau keterampilan yang tidak diperoleh di bangku kuliah. Keterampilan seperti menghadapi konflik dan membentuk komunikasi itu terbukti dibutuhkan dalam dunia kerja. (IRE)

Sumber: kompas.com

0 komentar: